BSIP BERKARYA: SNI-02-1760-2005: STANDAR MUTU PUPUK AMONIUM SULFAT
Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan standar teknis yang dibuat oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) bertujuan untuk memastikan kualitas, keselamatan dan keamanan suatu produk atau jasa yang digunakan oleh masyarakat. Salah satunya adalah SNI-02-1760-2005 tentang Pupuk Amonium Sulfat yang merupakan revisi dari SNI 02-1760- 1990. Standar ini direvisi sesuai dengan program pemerintah dalam rangka: (1) Pengembangan industri pupuk serta perlindungan terhadap produsen dan konsumen pupuk; (2) Menjamin mutu produk yang beredar di dalam negeri dengan syarat mutu yang ditetapkan; dan (3) Meningkatkan daya saing produk dalam negeri dengan produk luar negeri.
SNI-02-1760-2005 disusun oleh Panitia Teknik 134 S, Kimia Organik dan Agrokimia dan dibahas dalam rapat teknis, rapat prakonsensus serta dirumuskan dalam rapat konsensus nasional pada tanggal 17 Desember 2002 di Jakarta. Rapat-rapat tersebut dihadiri oleh wakil-wakil dari instansi terkait, lembaga penelitian/balai pengujian, produsen dan konsumen.
SNI-02-1760-2005 terdiri dari ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi, syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, syarat penandaan dan pengemasan pupuk amonium sulfat.
Syarat mutu dan Karakteristik pupuk
Pupuk ammonium sulfat berbentuk kristal dengan rumus kimia (NH4)2SO4 yang mengandung unsur hara nitrogen dan belerang, yang juga disebut sebagai pupuk ZA (Zwavelzuur Ammoniak). Syarat mutu yang harus dipenuhi oleh produsen pupuk sebagaimana tertuang dalam SNI-02-1760-2005 disajikan pada Tabel 1.
Selanjutnya metode pengambilan contoh pupuk mengacu pada SNI 19-0428-1998 tentang Petunjuk pengambilan contoh padatan. Pengujian nitrogen menggunakan metode titrasi formaldehid sesuai dengan AOAC (Official Methods of Analysis of AOAC International, 17th Edition, Volume I, 2000, butir 2.4.08) dan ISO 3332 (first edition – 1975-07-15, Ammonium Sulphate for Industrial use - Determination of ammoniacal nitrogen content – Titrimetric method destilation). Kadar belerang diuji sesuai menggunakan dua cara yaitu berdasarkan Official Methods of Analysis of AOAC International, 17th Edition, Volume I, 2000 dan dengan mengendapkan sulfat dengan BaCl2 dalam HCl encer agar membentuk kristal BaSO4. BaSO4 yang terbentuk diukur pada spektrofotometer sebagai SO4. Kadar asam bebas diuji sesuai ISO 2993, First edition - 1974-04-01, Ammonium sulphate for industrial use - Determination of free acid – Tritrimetric method. Kadar air berdasarkan Official Methods of Analysis of AOAC International, 17th Edition, Volume I, 2000, butir 2.2.01. Syarat lulus uji bila telah memenuhi syarat mutu pupuk ammonium sulfat dan syarat penandaan, minimal dalam kemasan mencantumkan: nama produk/nama dagang; kadar N dan kadar S; isi dan berat bersih; lambang; nama dan alamat produsen atau importir; tulisan “Jangan pakai gancu”. Untuk pengemasan, produk dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi dan mempengaruhi isi, aman dalam penyimpanan dan pengangkutan.
Pupuk ZA ini bentuknya kristal berwarna putih atau abu-abu dan mempunyai struktur kristal yang rapat. Pupuk ZA juga bersifat asam dengan pH 4-5, mudah larut dalam air, tidak terlalu higroskopis seperti urea, sehingga tidak mudah menggumpal atau membentuk kerak. Akan tetapi pupuk ini kurang stabil secara termal dan mudah terurai pada suhu tinggi sehingga penyimpanannya harus dalam wadah atau kemasan yang kedap udara dan kering.
Aplikasi pupuk ammonium sulfat (ZA)
Penerapan SNI-02-1760-2005 ini sangat penting dalam bidang pertanian, karena dapat memberikan jaminan mutu dan keamanan penggunaan pupuk ZA. Pupuk ZA berperan sebagai penyedia unsur hara N dan S bagi tanaman, terutama jenis tanaman yang membutuhkan sulfur dalam jumlah tinggi seperti bawang merah, kentang, jagung dan cabai. Teknik aplikasi dapat dilakukan dengan cara disebar, tugal, larik atau dikocor ke dalam tanah.
Dosis pupuk ZA pada tanaman bervariasi tergantung jenis tanaman, tanah, umur tanaman dan kebutuhan hara. Oleh karena itu disarankan untuk melakukan uji tanah terlebih dahulu sebelum memberikan pupuk ZA dan pupuk lainnya. Berikut ini beberapa contoh dosis aplikasi pupuk ZA pada tanaman. Untuk tanaman padi yang kekurangan sulphur ZA dapat diberikan 100 kg/ha (sebagai pupuk dasar), selanjutnya disusul dengan pupuk lain seperti 300 kg/ha NPK dan 150 kg/ha urea. Untuk tanaman bawang merah yang membutuhkan hara sulfur dapat diberikan 500 kg/ha dikombinasikan dengan 200 kg/ha urea, 300 kg/ha SP-36 dan 200 kg/ha KCl. Untuk tanaman cabai dapat diberikan 100 -200 kg/ha ZA dan dikombinasikan dengan pupuk lain, secara umum dosis pupuk ZA sekitar 2-3 gram pertanaman, diaplikasikan dengan jarak 10-15 cm dari pangkal batang cabai. Diberikan pada fase awal pertumbuhan awal/vegetatif, pada fase pembungaan/generatif dan pada fase pengisian buah cabai.
Peran bagi tanah dan tanaman
Pupuk ammonium sulfat (ZA) memiliki kandungan 21% nitrogen dalam bentuk ammonia dan 24% sulfur. Sehingga pupuk ini berperan untuk meningkatkan kesuburan tanah terutama tanah yang kekurangan hara N dan S dan memenuhi kebutuhan tanaman terutama unsur hara N dan S. Pupuk ZA secara umum (50%) digunakan secara luas sebagai sumber hara S (Powlson dan Dawson, 2021). Pupuk ZA memiliki peran dalam proses metabolisme tanaman, membantu pembentukan butir hiau daun sehingga daun telihat lebih hijau dan meningkatkan rasa dan aroma bawang merah (Sutardjo dan Pratiwa, 2010). Hasil penelitian Saptorini et al. 2019 menunjukkan bahwa pemberian pupuk ZA 400 kg/ha mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah umbi, memperbesar umbi bawang merah dan mengurangi penyusutan selama penyimpanan serta produksi umbi bawang 12,11 ton/hektar.
Implikasi penggunaan ZA
Meskipun pupuk ZA digunakan secara luas di seluruh dunia sebagai sumber haraN dan S, pupuk ini memiliki kelemahan karena hara nitrogen dalam bentuk NH3 mudah mengalami volatilisasi. Powlson dan Dawson (2021) melakukan review terhadap 41 publikasi yang melaporkan adanya kehilangan NH3 pada aplikasi pupuk ZA di 16 negara pada berbagai tipe tanah dan iklim. Pada tanah dengan pH < 7.0 kehilangan NH3 sebanyak < 5%, tanah dengan pH > 7.0, kehilangan NH3 antara 0-66% dan tanah dengan pH 6.5-7.0 kehilangan NH3 antara 20-40%. Oleh karena itu, penggunaan pupuk ZA sebagai sumber hara S pada tanah dengan pH 6-7 (pH tinggi) memiliki resiko kehilangan NH3 lebih besar dibanding pada tanah dengan pH rendah. Pada tanah dengan pH tinggi, alternatif pupuk dengan sumber hara S yang dapat digunakan yaitu pupuk potassium sulphate, magnesium sulphate, calcium sulphate dihydrate (gypsum) dan single superphosphate (SSP). Pemberitaan Kementerian Pertanian (2014) menunjukkan bahwa wilayah Indonesia bagian timur yang beriklim kering dan pH alkalin lebih cocok menggunakan pupuk ZA, dan sebaliknya untuk tanah-tanah masam (pH <5,5) lebih cocok menggunakan urea sebagi pupuk sumber N. Kekurangan pemberian pupuk ZA menyebabkan tanaman menjadi kerdil, daun muda hijau kekuning-kuningan dan proses pematangan terlambat. Sedangkan penggunaan ZA yang berlebihan akan memberikan dampak negatif bagi tanah dan tanaman, tanah akan menjadi masam dan tanaman menjadi sukulen dan mudah diserang OPT. (IAS, DIK, AFS, Mtm, M.Is).
Daftar Pustaka
Powlson, D.S. dan Dawson, C.J. 2021. Use of ammonium sulphate as a sulphur fertilizer: Implications for ammonia volatilization. Soil use and management 38(1): 622-634. https://doi.org/10.1111/sum.12733
Saptorini S, Supandji S, Taufik T. 2019. Pengujian Pemberian Pupuk ZA terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah Varietas Bauji. Jurnal Agrinika. Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis. Vol.3 No. 2.: 135-148.
Sutardjo dan Pratiwa, R. 2010. Pertumbuhan, Produksi, dan Kualitas Bawang Merah pada Pemupukan ZA dan Pupuk Kandang dengan Berbagai Jarak Tanam di Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara.
Kementerian Pertanian. 2014. Untuk Tumbuh Optimal Tanaman Perlu Hara Sulfur. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 36. No.4.